Demokarasi di Indonesia: Indonesia, lihatlah Malaysia!
Demo kaos kuning di malaysia |
DEMOKRASI berasal dari bahasa Yunani
δημοκρατία (dēmokratía) “kekuasaan rakyat”, yang terbentuk dari δῆμος (dêmos)
“rakyat” dan κράτος (kratos) “kekuatan” atau “kekuasaan” pada abad ke-5 SM
untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena;
dan sistem ini pula yg akhirnya diterapkan di Indonesia. Menurut Abraham
Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dikarenakan rakyat sebagai pusat kekuasaan, maka
hal yg lumrah jika rakyat berdemonstrasi menyuarakan aspirasinya, menggunakan
haknya. Namun amat disayangkan, berkaitan demonstrasi 22 Mei ini, bukan hanya 1
atau 2 orang korban meninggal dunia, kabar terbaru ada 6 orang. Sepatutnya ini
tidak boleh terjadi. Kita harus kembali pada prinsip demokrasi, dimana rakyat
(baik itu pendukung petahana dan juga oposisi) ikut bertanggung jawab pada
penyelenggaraan pemerintahan, termasuk (saya bisa sebut tragedi berdarah) aksi
22 Mei ini. Jika ada yg merasa tidak puas karena merasa dicurangi, maka tempuh
lah jalur-jalur hukum yg tersedia, oposisi jgn kalah cerdas dgn petahana.
Bagaimana tidak, awal dari kekisruhan ini ialah carut marutnya legislasi dan
aturan2 terkait pemilu dan pilpres, mulai dari presidential Threshold, DPT
bermasalah, sampai kotak suara dari kardus. Anehnya, wakil2 rakyat di dewan
(termasuk juga peserta pilpres dari kubu oposisi) bukannya menolak, malah terus
melaju sampai pencoblosan, yg akhirnya persis seperti yg terjadi sekarang ini .
Ada baiknya kita melihat negara tetangga, Malaysia. Dimana menyuarakan aspirasi tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Kita tahu, selama kurang lebih 10 tahun era pemerintahan PM nazib razak, kebebasan berpendapat seperti di berangus, dan korupsi menggila di negeri Jiran. Bahkan, aljazeera menyebut Malaysia sebagai: The world's biggest heist pada pemerintahan PM Nazib Razak, lengkap dgn fotonya juga dipakai sebagai thumbnail dalam video liputan tersebut di YouTube.
Tapi kita lihat, selama 10 tahun rakyat yg merasa
muak dengan kepemimpinan nazib, tetap bersabar. Tentu rakyat Malaysia tidak
tinggal diam. Aksi demonstrasi besar-besaran sering dilakukan, yg terkenal
iyalah demonstrasi "kuning" sebagai wujud solidaritas. Otoritas
Malaysia juga menahan para pemimpin kelompok Bersih atau "Kaos
Kuning" dan "Kaos Merah" beberapa jam sebelum aksi demo
digelar. Tokoh Politik Senior sekelas Mohammad Mahatir pun sampai
"turun gunung" berdiri di tengah-tengah massa. Tapi apakah sampai
menimbulkan korban jiwa? '0'.
Karena mereka tahu, seberkuasa apapun Nazib, pasti ada periode dimana dia akan tetap/tidak lagi menjadi PM akan ditentukan oleh rakyat.
Karena mereka tahu, seberkuasa apapun Nazib, pasti ada periode dimana dia akan tetap/tidak lagi menjadi PM akan ditentukan oleh rakyat.
Permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia
ialah bukan karena pemilu yang curang, tapi masalah nya adalah kenapa aturan2
yg ada membiarkan kecurangan itu seperti hal biasa saja?. Kenapa isu-isu
kecurangan tersebut tidak menjadi topik utama di media-media mainstream? Kenapa
penyelenggara pemilu tidak dicecar terkait isu2 tersebut supaya bisa dijelaskan
sejelas jelasnya dan rakyat bisa paham?. Mulai dari Surat suara yg berserakan
di Malaysia, formulir C1 yg ada ditempat yg tidak seharusnya, sampai dgn
asyiknya oknum mencoblosi surat suara pasangan tertentu seperti hanya angin
lalu. Itu tidak boleh terjadi lagi. Aturan harus ketat dan sanksi harus tegas. Maka, kita sudah seharusnya
belajar dari Malaysia, tidak boleh malu tiru kepandaian dan kesabaran rakyat
Malaysia.
Apakah kericuhan2 ini disebabkan oleh rendahnya
tingkat literasi di Indonesia sesuai dengan hasil riset PISA (62 dari 70
Negara)???????
0 Response to "Demokarasi di Indonesia: Indonesia, lihatlah Malaysia!"
Post a Comment
Slahkan berkomentar dikolom komentar ya, dengan bijak tentunya ;)